Friday, September 29, 2006

Ali bin Abi Thalib R.A dengan Orang Nasrani

Disadur Dari Buku : “Cerita Bijak Orang-Orang Saleh” Oleh : Syahid Murtadha Muthahhari

Imam Ali sangat terkenal sebagai seorang Khalifah yang adil. Ia tak mau menang sendiri terhadap rakyatnya dalam persoalan apa pun. Setiap urusan selalu diupayakan untuk diselesaikan melalui jalur hukum, sesuai dengan aturan permainan sebenarnya.

Di antara fakta yang membuktikan keadilannya itu ialah, ketika terjadi persengketaan tentang baju besi. Seorang Nasrani, yakni rakyat biasa bukan orang berpangkat. Kemudian beliau adukan perkaranya kepada hakim, bernama Syuraih supaya disidangkan.

Persidangan dimulai. Mula-mula Imam Ali berkata : “baju besi ini adalah milikku. Aku tak pernah menjualnya ataupun memberikannya kepada siapa pun.”

Hakim minta keterangan dari pihak tertuduh :”Bagaimana sikapmu atas tuduhan Amirul Mukminim tadi ? Ia menjawab :”Baju besi ini adalah milikku sendiri. Apa yang diutarakan olehnya adalah bohong belaka.”

Kembali hakim mengajukan pertanyaan kepada Ali :”adakah bukti nyata atau saksi mata yang menguatkan tuduhanmu?”. Ia pun tertawa sambil berkata :”Benarlah Syuraih, aku memang tak punya bukti.”

Karena tak punya bukti, maka Syuraih menjatuhkan vonis, bahwa baju besi adalah hak si tertuduh. Seusai sidang si nasrani pulang dengan membawa baju besinya, sedangkan Ali hanya memandang kepadanya. Namun baru beberapa langkah, si nasrani itu kembali lagi lalu berkata “Saya bersaksi bahwa hal semacam ini, adalah akhlak para nabi.. Seorang khalifah membawaku ke majelis hakim untuk menyelesaikan perkara.” Selanjutnya ia mengaku “Demi Allah, sebenarnya ini adalah baju besimu wahai Amirul Mukminin, saya telah berbohong dalam persidangan tadi.”

Setelah peristiwa itu orang menyaksikan laki-laki itu menjadi seorang laskar yang paling tangguh dan pahlawan paling pemberani dalam perperangan membela Ali melawan kaum khawarij di Nahrawan.

Wassalam

Wednesday, September 27, 2006

Rezeki

Semenjak manusia di lahirkan di muka bumi ini sudah diberikan rezeki oleh Allah baik secara langsung maupun tak langsung, karena manusia itu sudah ditentukan rezekinya masing-masing, untuk itu dibutuhkan cara dan ilmunya untuk mendapatkan rezeki tersebut.

Seekor cecak yang hidupnya kebanyakan di dinding dimana makanannya yaitu seekor nyamuk yang berterbangan tetapi toh tetap juga dapat memperoleh makanannya tersebut dan tidak juga melakukan demo kepada Allah untuk memprotes kenapa makanannya harus berterbangan apakah Allah tidak salah dalam mencipta ?. Andaikata cecak seperti manusia mungkin sudah lama mengeluh dan memprotes, kenapa untuk memperoleh rezeki tersebut begitu susahnya ?.

Memperoleh atau mendapatkan rezeki itu bermacam cara, ada dengan cara halal atau dengan cara tidak halal, tetapi untuk mahluk yang bernama binatang mendapatkan rezekinya tidak membedakan antara halal dan haram karena tidak memiliki akal pikiran seperti manusia. Dan itulah yang membedakan antara manusia dan binatang.

Kita sebagai manusia sering terlalu banyak mengeluh dan kadang sudah berprasangka buruk kepada Allah, naudzubillah min dzalid. Karena kita sudah merasa bekerja keras dan banting tulang tetapi rezeki tak kunjung datang. Nah inilah salah satu celah yang mudah dimasuki dan dibisikkan oleh syaitan sehingga kita sebagai manusia baik secara sadar maupun tak sadar melakukan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh Allah dan Rasulnya.

Untuk itu marilah kita merenungkan bahwa untuk kehidupan duniawi jangan selalu memandang keatas yang lebih dari kita tetapi selalulah memandang kebawah yang masih lebih banyak dibawah kita, dengan begitu kita akan selalu mempunyai rasa syukur kepada Allah walaupun itu sedikit yang penting memiliki berkah dan ridhoi oleh Allah.

"Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya). Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (Surah : Saba - 39 )

Wassalam.

Friday, September 22, 2006

Rasulullah dan Si Kaya

Disadur Dari Buku : "Cerita Bijak Orang-Orang Saleh" Oleh : Syahid Murtadha Muthahhari

Ketika Rasulullah sedang duduk-duduk bersama sahabatnya, datanglah kepada beliau seorang miskin yang tak berpakaian. Disamping Rasulullah duduklah seorang kaya. Begitu melihat kedatangan si miskin, serta merta orang kaya itu melipatkan ujung pakaiannya yang menjulur. Ia tak merasa bahwa Rasulullah memperhatikan gerak-geriknya.

Demi melihat gerak-gerik yang kurang sedap dalam pandangan Rasulullah, maka beliau pun bertanya kepada si kaya : "Engkau melipat pakaianmu. Apakah karena takut tersentuh oleh si fakir yang baru dating itu?" "Tidak, "jawabnya. "Apakah kau khawatir kalau-kalau hartamu akan terambil sebagian untuknya?" Tanya Rasulullah."Tidak" "Lantas apa yang menyebabkan kamu berbuat seperti itu?" "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya mempunyai teman syaitan. Ia selalu menghias barang yang jelek, sehingga tampak baik di hadapanku, sedangkan hal-hal yang baik dijelek-jelekkan di depan mataku. Saya mengaku kesalahan saya, dan saya bersedia menebus kesalahan yang saya lakukan di hadapan orang miskin itu, dengan memberikanseparuh kekayaan saya kepadanya." Kemudian Rasulullah pun bertanya kepada si miskin:"Apakah engkau bersedia menerimanya?" "Tidak," jawabnya

Si kaya heran mendengar jawabannya, lalu ia bertanya:"Mengapa?". Saya tidak ingin ditemani syaitan seperti dia telah menemanimu.

Wassalam

Tuesday, September 19, 2006

Menjadi Manager yang Sebenarnya

Maju tidaknya suata perusahaan tergantung dari pada manager-manager yang ada diperusahaan itu, jika seorang Manager sudah tidak bisa memimpin dengan baik lagi cirinya para bawahannya tidak akan mau lagi mendengar dan mengikutinya. Para bawahan mencontoh pemimpinnya, oleh karena itu kualitas seorang bawahan tergantung dari kualitas dari Manager yang memimpin.

Kekuatan terbesar seorang Manager bukan dari luasnya kekuasaannya dan kecerdasannya semata, tetapi bagaimana cara ia me-manage dengan baik yang bersumber dari kekuatan pribadi yang dimilikinya. Maka jika ingin menjadi seorang Manager yang baik atau yang hebat, jangan pikirkan orang lain tapi pikirkan diri sendiri dulu sebab tidak akan bisa mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Suatu bangunan kuat, indah dan kokoh karena ada faktor pondasinya.

Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri maka hanya menjadi angan-angan belaka atau omong kosong saja. salah Satu lagu Ebit G. Ade yang salah satu liriknya mengatakan “kita harus banyak bercermin”, agar kita selalu senantiasa bercermin dan mengatakan “Ada Apa dengan Saya. ?”

Untuk menjadi manager bagi diri kita bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, dibutuhkan disiplin diri, perencanaan dan kesempatan untuk menyelesaikannya, tetapi menjadi manager bagi sebuah komunitas yang lebih luas akan sangat berbeda dan jauh lebih sulit lagi. Hal tersebut harus diawali dengan pemahaman yang lebih baik atas sifat dasar manusia.

Seorang Manager tidak terlahirkan begitu saja, melainkan melalui suatu proses. Ada manusia yang memiliki kemauan yang besar untuk menjadi seorang Manager tetapi belum tentu dapat memimpin dengan baik kalau tidak disertai dengan ilmu.

Jadi jika ingin menyelamatkan orang lain harus terlebih dahulu menyelamatkan diri dulu agar mempunyai kemampuan untuk menyelamatkan orang lain, karena bagaimana mungkin menyelamatkan orang lain kalau diri sendiri tidak selamat. Apa artinya di kantor “sukses” kalau untuk mengurus diri sendiri saja masih tidak becus, untuk itu mari coba merubah yang kecil-kecil dulu.

"Barang siapa yang hari ini sama saja dengan hari kemarin maka cilakahlah dia dan jika hari ini lebih buruk dari kemarin terkutuklah dia, beruntunglah bila hari ini lebih baik dari kemarin." (HR Bukhari)

Wassalam

Friday, September 15, 2006

Rasulullah Tak Ingin Diistimewakan

Disadur Dari Buku : "Cerita Bijak Orang-Orang Saleh", Oleh : Syahid Murtadha Muthahhari

Dalam suatu perjalanan, Rasulullah telah bersepakat dengan para sahabat untuk memotong seekor domba buat jamuan makan malam.

Salah satu seorang di antara mereka berkata :"Akulah yang menyembelihnya". Yang lain berkata pula :"Bagianku adalah memasak". Demikianlah, masing-masing ingin ikut andil tenaga dalam rangka menghidangkan makanan itu.

Rasulullah pun tak tinggal diam, beliau berkata :"Adapun tugasku adalah mengumpulkan kayu baker".

Para sahabat menyahut serempak :"jumlah kami cukup banyak untuk mengerjakan semua urusan, wahai Rasulullah".

Beliau segera menjawab pula:"Aku pun tahu hal itu. Namu, aku tidak senang mengistimewakan diriku atas kalian. Sesungguhnya Allah membenci hamba-Nya yang mengistimewakan diri terhadap saudara-saudaranya".

Kemudian Rasulullah pun mengumpulkan kayu dan membawa dengan tangannya sendiri.

Wassalam

Tuesday, September 12, 2006

Perubahan dalam Hidup

Hidup ternyata begitu berbeda dengan apa yang kita bayangkan saat kita masih kecil dulu, kehidupan terjadi pasang dan surut serta begitu banyak perubahan -perubahan yang terjadi, baik itu pada diri kita sendiri, keluarga kita atau dilingkungan pekerjaan yang sedang kita geluti.

“Kehidupan adalah jalan yang panjang dan berliku-liku yang memiliki rintangan dan tantangan, suka tidak suka harus kita jalani”.

Dalam kehidupan ini kita selalu memiliki keinginan-keinginan dan harapan untuk selalu hidup yang serba bercukupan, keluarga yang sehat dan bahagia serta pekerjaan yang memberikan penghasilan buat kita yang telah lama kita nikmati, tetapi bagaimana bila terjadi perubahan – perubahan dalam kehidupan kita, apakah kita siap untuk menghadapinya ?.

Perubahan akan selalu terjadi, baik kita mengharapkannya atau tidak. Perubahan hanya bisa mengagetkan kita dan terus terjadi seiring dengan perputaran waktu.

Kadangkala jika perubahan terjadi pada diri kita misalnya ditempat kerja yang sedang kita geluti, dimana kita di pindahkan kebagian yang kurang dikuasai atau tidak disenangi maka akan membuat kita frustasi tidak bersemangat dan terdemotivasi ini dikarenakan kita sudah sangat “mencintai” pekerjaan kita, sehingga kita selalu berusaha sekuat tenaga untuk selalu mempertahankannya yang telah lama kita miliki dan takut akan kehilangan, karena menurut kita hal tersebut memberikan arti penting buat kita, dan apakah hal ini merupakan sifat fitri manusia. ?

Ketakutan-ketakutan yang kita alami akibat dari adanya perubahan-perubahan tersebut, itu dikarenakan dari sikap diri kita sendiri yang sudah terlena dengan kesenangan yang telah dimiliki, rasa akunya yang tinggi yang membuat diri kita menjadi sombong, tidak mau mendengar dan melihat perubahan yang terjadi dilingkungan sekitar kita.

Untuk itu diperlukan suatu sikap dan kemauan yang kuat untuk mengambil suatu keputusan dan tindakan yang tepat, agar perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita dapat disikapi dengan bijak, dengan jalan:

  • Selalu siap kapan saja jika perubahan terjadi, karena kita telah menganti-sipasinya sudah jauh-jauh hari sebelumnya.
  • Dengan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar kita, sehingga kita tahu kapan mengambil suatu keputusan dan tindakan yang benar disaat yang tepat
  • Dapat menyesuaikan diri dengan cepat di saat terjadinya suatu perubahan.
  • Memiliki kemauan yang sangat kuat untuk berubah seiring dengan terjadinya perubahan sebab jikalau kita tidak mau berubah, maka kita akan menjadi barang antik yang hanya akan dipajang di museum dan akan punah serta menjadi barang yang langka.
  • Agar tidak terbebani dengan perubahan yang ada maka nikmatilah perubahan itu sebagai sesuatu yang memiliki hikmah untuk mendapatkan hal-hal baru yang lebih baik dan bermanfaat bagi kita.

“Sesungguhnya yang menjadi masalah bagi kita bukan karena terjadinya perubahan tetapi bagaimana cara kita menyikapi perubahan tersebut agar tidak menjadi masalah” (AAGym)

Wassalam

Wednesday, September 06, 2006

Permohonan Doa Kepada Imam ash-Shadiq

Disadur dari buku : "Cerita Bijak Orang-Orang Saleh" Oleh : Al-Syahid Murtadha Muthahhari

Seseorang sedang dilanda kesulitan hidup datang menghadap Imam Ja'far as-Shadiq sekedar untuk memohon didoakan. Berkatalah orang itu : "Wahai tuanku. Hamba sangat mengharapkan semoga tuanku berkenan memanjatkan doa doa ke hadirat Allah agar ia melimpahkan rezeki kepadaku. Tuanku melihat sendiri, betapa hamba ini sangat miskin. Buat makan sehari-hari saja, hamba tak kuasa mencarinya."

Secara spontan Imam menjawab : "Aku tak akan mendoakan kamu".

Orang yang menghadap itu pun heran, dan bertanyalah ia :"Mengapa tuan tak sudi mendoakan hamba?" Imam menjawab :

"Sesungguhnya Allah SWT. menyuruh kita agar berusaha mencari rezeki, bukan untuk berpasrah diri tanpa usaha. Jika kamu hanya duduk di rumah seraya memanjatkan doa sebagai jalan wasilah untuk memperolah rezeki maka hal itu tidaklah diridhai Allah. Oleh karena itu bekerjalah untuk mendapatkan rezeki, sebagai mana Allah memerintahkan kamu."

Wassalam

Monday, September 04, 2006

Mesin Waktu

Suara adzan berkumandang di saat pukul 05.00 menandakan waktu shalat shubuh telah masuk, sebagian kaum muslim bergegas bangun untuk melakukan shalat baik itu di rumah atau di masjid, tetapi ada juga masih molor sampai siang hari bahkan sore hari dan belum melakukan aktivitasnya sama sekali karena kesibukannya baru dimulai di malam hari di lokasi remang-remang, atau pada saat kita pulang kantor ke rumah di malam hari dapat dilihat sekelompok anak muda yang nongkrong di pigir jalan sambil bermain gitar sampai larut malam, hal-hal seperti itu dapat kita jumpai setiap malam. Kadang kita bertanya begitu mudahnya orang-orang dan mungkin juga kita termasuk di dalamnya telah menyianyiakan waktu yang terbuang percuma begitu saja dan tidak memberikan magna sama sekali. Hidup ini penuh dengan warna yang di dalamnya penuh dengan tantangan, cobaan, dan godaan dunia dengan segala pernak-perniknya yang membutuhkan sikap yang bijak untuk menjalaninya dan harus dibekali dengan ilmu yang memadai.

“Penderitaan-penderitaan mewarnai hidup anda, tetapi anda yang memilih warnanya.” (John Maxwell)

Kita bertanya-tanya dalam hati apakah kehidupan atau waktu yang kita lalui ini sudah kita pergunakan sebaik mungkin atau tidak.? Alangkah ruginya saya di saat menjalani sesuatu yang berharga kemudian di sia-siakan. Orang yang merugi jika diberikan modal tetapi modalnya tidak dipergunakan pada tempatnya atau dihamburkan begitu saja dengan sia-sia. Begitu juga kalau kita diberi modal waktu, kemudian waktu itu di sia-siakan maka kita juga termasuk orang yang merugi. Karena pentingnya waktu itu maka Allah SWT sampai berfirman dengan “bersumpah demi waktu”

"Demi masa Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan menjalankan amal saleh dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran" (QS. Al-Ashr 1-3)

Yang termasuk orang yang beruntung merupakan orang yang mempergunakan waktunya untuk mencari kebenaran, orang yang mengamalkan kebenaran, orang yang mensyiarkan kebenaran dan orang yang sabar dalam menegakkan kebenaran. Adapun manusia telah diberikan kebebasan untuk memilih mana kebaikan dan mana keburukan, potensi baik dan potensi buruk telah diberikan oleh Allah SWT tinggal memilih mana yang akan dipilih.

“Tuhan memilih apa yang kita lalui, kita memilih bagaimana melaluinya” (John Maxwell)

Kadang kala jika kita sedang ngobrol atau berbincang-bincang dengan teman-teman, kadang berfikir apakah yang kita bicarakan ini bukan pembicaraan yang sia –sia, apakah hanya cerita-cerita yang bisa menimbulkan dosa saja. ? Mungkin ada juga baiknya kalau bersikap “diam bermanfaat” yang memberikan keutamaan dalam bersikap diam yang merupakan hasil dari pemikiran dan perenungan niat yang membuahkan keyakinan bahwa dengan bersikap menahan diri atau diam maka akan menjadi maslahat lebih besar dibanding dengan “berbicara yang tidak bermanfaat”, sehingga bebas dari masalah, bebas dari dosa dan bebas dari perkataan yang sia-sia sehingga waktu tidak terbuang percuma begitu saja.

Ada satu hal yang cukup menarik buat kita untuk direnungkan, jika melihat sepasang ayam jantan dan betinanya ada hal-hal tertentu yang bisa kita ambil sebagai bahan pelajaran dari kehidupannya, dimana ayam tersebut begitu pintar mengatur dan memanfaatkan waktunya dengan baik, mengapa di dikatakan demikian.? Lihat saja sekitar menjelang senja hari sudah mengumpulkan dan menuntun anak-anaknya untuk masuk kekandangnya lalu dengan mengepakkan dua sayapnya untuk melindungi anaknya sambil beristirahat, dan menjelang terbit matahari di pagi harinya sudah berkokok yang secara tidak langsung telah membangunkan kita atau orang-orang dan seakan-akan mengisyaratkan kepada kita “hai manusia bergegaslah bangun dari tidurmu dan janganlah kamu bermalas malasan dan bergegaslah agar bersiap-siap berangkat untuk mencari rezeki di atas bumi ini untuk keluargamu sehingga waktumu tidak terbuang dengan percuma”

Sungguh besar Rahmat Allah SWT yang telah memberikan waktu kepada kita secara gratis, tidak usah dibayar dan dicari tapi sudah tersedia. Persis dengan udara yang saya hirup untuk bernapas. Sama dengan penjelasan bahwa Allah SWT telah menurunkan semua rejeki manusia, tinggal bagaimana kita memanfaatkan dengan lebih baik, dan produktif sehingga dapat memberikan kesejahteraan buat kita. Kalau boleh saya ingin berandai-andai, jika kalau saya bertemu dengan Malaikat dan malaikat itu berdialog dengan saya dan mengatakan :

“Hai manusia apakah yang membuat kamu termenung.? sehingga kamu tidak bersemangat sama sekali adakah hal yang mengganggu pikiranmu, yah jawab saya. Apa itu.? Tanya Malaikat, selama ini banyak waktu saya terbuang dengan percuma sehingga saya tidak menghasilkan apa-apa yang saya inginkan. Maukah kamu saya berikan dua penawaran dan kamu harus memilih salah satunya tanya Malaikat, mau jawab saya. Yang mana yang akan kau pilih antara “Mesin Uang” atau “Mesin Waktu” .? mesin waktu jawab saya, mengapa kamu memilih mesin waktu.? Karena dengan mesin penghitung waktu maka saya akan kembali ke masa lampau dengan tujuan agar saya dapat memperbaiki segala hal-hal yang tidak baik menjadi lebih baik sehingga waktu saya dapat menjadi produktif dan menghasilkan kesejahteraan buat saya untuk di dunia maupun di akhirat nanti, tetapi kalau mesin uang hanya memberikan kesejahteraan yang bersifat sementara saja. Malaikat termanggut-manggut, sambil berkata kepada saya : satu hal yang tidak boleh kamu lupakan, kamu juga harus mengetahui dan merencanakan waktumu dengan cara memilah-milah mana yang wajib kamu kerjakan, mana yang sunnah dan mana yang mubah, agar kamu tidak merugi. Saya tertegun mendengarnya sambil menghentikan khayalan saya.”

Kalau sang waktu sudah begitu berarti dan bernilai, alasan apa lagi yang bisa untuk menunda melaksanakan atau merealisasikan rencana-rencana akan datang, untuk apa kalau hanya di atas kertas saja.

“Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan dan mencoba lagi dalam suatu cara yang berbeda.” (Dale Carnegie)

Hidup ini hanya satu kali dan sebentar saja untuk itu dibutuhkan suatu kesungguhan di dalam meniti karier kehidupan kita, agar menjadi orang yang memiliki penghargaan terhadap waktu yang telah diberikan secara gratis oleh Allah SWT sehingga bisa lebih bermagna untuk dunia dan akhirat kita. Amin

Wassalam